Sejak
saya dinyatakan secara resmi diterima menjadi mahasiswa poltekkes,
saya merasa bahagia karena itu adalah salah satu peluang saya untuk
mencapai keinginan yang menjadi salah satu tujuan banyak orang, yaitu
sukses, baik dunia maupun akhirat. Bagi dunia, saya percaya bahwa
mahasiswa poltekkes dapat dengan mudah mengakses peluang kerja dengan
mitra-mitra rumah sakit di wilayah Indonesia, sedangkan untuk
akhirat, menjadi perawat itu menurut saya adalah sebuah tugas yang
cukup terbilang berat dan dengan profesi ini kita dapat membantu
sesama dan melatih indra dan perasaan kita untuk mengabdikan diri
untuk kesehatan dan kebaikan manusia.
Namun
saya jugasempat menanggung rasa stress dan kecewa dalam hati karena
saya belum beruntung masuk dan lolos dalam ujian SNMPTN ke
universitas yang saya inginkan. Namun dengan niat dan dukungan dari
orangtua, saudara dan teman-teman saya yakin bahwa inilah salah satu
jalan yang terbaik bagi diri saya dan orang-orang disekitar saya.
Saya juga merasa bersyukur karena saya dapat lolos ke satu-satunya
politeknik kesehatan negeri di Yogyakarta.
Saat-saat
PPS (Program Pengenalan Studi) dimulai, dan dilaksanakn di auditorium
baru Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Dan pada akhirnya, kami para
mahasiswa baru, mau tidak mau pun diharuskan melalui berbagai macam
stressor dari kakak-kakak tingkat kami. Saya tahu bahwa kegiatan
tersebut merupakan salah satu “ritual” bagi kami para calon
mahasiswa baru.
Pada
hari pertama, yaitu acara pra PPS berlangsung dengan lancar tanpa ada
tugas yang “nyleneh-nyleneh”. Tetapi, diakhir acara kami
tiba-tiba di beri tugas “seabreg” dan harus sudah siap dan
selesai dalam satu malam. Kami dibacakan nama dan tugas barang-barang
yang harus dibawa esok harinya. Kakak-kakak tingkat membacakannya di
panggung dengan cepat-cepat, seperti seakan-akan dikejar anjing.
Dalam kondisi panik, bingung, dan geli yang campur aduk menjadi satu
(kayak nano-nano aja -_-”) saya dengan tulisan yang ala kadarnya
(seperti tongkol berceceran . . .) pun mulai menulis. Tentu saja
catatan kami banyak yang kosong dan tidak lengkap dikarenakan tidak
mendengarkan dan ketinggalan kata.
Setelah
bubar, kami pun sempat bingung dan stress dikarenakan perasaan
was-was akan kemarahan kakak tingkat pada esok harinya dikarenakan
mendapati kami belum lengkap dalam atribut dan barang, bahkan belum
membuatnya sama sekali karena tidak tahu. Setelah itu kami pun
berinisiatif berdiskusi tentang perlengkapan yang harus dibawa.
Walaupun dengan kegiatan berdiskusi ini, kami harus pulang lebih
malam dari yang telah dijadwalkan, padahal orang tua saya menjemput
saya, dan pada saat itu saya tidak membawa HP, itu membuat saya
menjadi kalang kabut. Saya pada waktu itu sempat berjalan dari
auditorium menuju ke kampus terpadu. Di perjalanan, saya bertanya ada
tidaknya wartel dengan orang sekitar. Mereka bilang tidak ada, saya
pun menjadi cemas dan hampir menangis karena stress. Untung saja saya
mendapati orang tua saya telah menjemput dan menunggu saya di depan
kampus terpadu poltekkes, saya sangat bersyukur.
Saya
pun kembali ke auditorium karena sudah mendapat ijin dari orang tua
saya, dan kami melanjutkan diskusi kami tentang tugas-tugas PPS. Di
acara diskusi dadakan ini, kami diuji kekompakan dan kebersamaan
antar sesama mahasiswa keperawatan, dan juga mengasah kemampuan kami
beradaptasi dengan lingkungan. Setelah beberapa jam berdiskusi kami
pun bubar. Belum selesai sampai disitu, saya juga harus membeli
barang dan peralatan yang harus siap besoknya. Selain itu sewaktu PPS
berlangsung, saya masih diantar jemput orang tua saya, dan mereka
harus menanggung beban menunggu, membelikan kesana kemari. Itu
merupakan beban tersendiri bagi saya.
Sesampainya
dirumah, saya juga harus nglembur untuk membuat catatan dan
perlengkapan yang harus dibawa untuk PPS. Saya harus rela bergadang
semalaman untuk mengerjakan tugas PPS. Saya bahkan hanya sempat tidur
selama 3 jam dalam waktu 2 hari, dan itu merupakan pengalaman yang
“amazing” dan sangat jarang saya dapatkan dalam kehidupan saya
selama ini. Bahkan mungkin ada dari teman-teman saya rela tidak tidur
selama masa PPS berlangsung.
Esok
harinya banyak dari kami yang belum selesai dalam mengerjakan tugas
dan bahkan ada yang belum membuat, dan tentu saja kami mendapat marah
dari kakak-kakak tingkat kami karena ketidak disiplinan kami. Kami
dibentak-bentak dalam rangka mengasah emosi dan kesabaran kami.
Bahkan diantara teman saya ada yang sampai menangis dan sakit karena
bergadang.
Pada
hari ketiga PPS kami melakukan kegiatan outbond di daerah kalibawang.
Disana kami melakukan berbagai macam permainan dan kegiatan yang
mengasah kemampuan kami dalam berbagai hal. Dari permainan rapling,
flying fox dan bermain air lumpur. Disana kami bersenang-senang
setelah melewati masa penggojlokan mental, dan itu merupakan media
refreshing yang bagus menurut saya. Selain melatih bakat
kepemimpinan, sosial, dan strategi. Kami juga harus beradaptasi
dengan teman-teman satu kelompok, karena dalam satu kelompok terdiri
dari berbagai jurusan yang berbeda-beda. Walaupun kami sempat diuji
kesabarannya saat diberi tugas menuju sebuah pos, kami mau tak mau
berjalan telanjang kaki menaiki dan menuruni bukit terjal dan
terbilang masih pedesaan, melewati jalan aspal yang panas. Dan dari
pos tersebut, tak ketinggalan, kami sempat dimarahi kakak tingkat,
dikarenakan kami tidak membawa bekal.
Selama
PPS sampai sekarang, saya telah banyak mendapatkan banyak sekali
pengalaman yang tentu saja tidak semua orang pernah merasakannya.
Begitulah, sekarang saya sebagai mahasiswa baru poltekkes telah
menjalani KBM di dalam kelas. Tak hanya mengasah kepintaran dalam
mata kuliah saja, saya juga merasa dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan teman-teman yang terdiri dari berbagai macam sifat dan latar
belakang. Sampai saat ini saya masih “nglaju” pulang pergi
kuliah. Saya pun harus beberapa kali mengalami stress dan deg-degan
karena datang terlambat. Dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi
saya untuk selalu hidup disiplin.